29 Mar 2011

PENULUSURAN GOA (CAVING)





Umum
Speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua termasuk proses pembuatannya (speleogenesis), struktur, fisik, sejarah dan aspek biologis. Speleologi sering dikaitkan dengan aktivitas penjelajahan gua yang dikenal dengan istilahcaving. Caving merupakan salah satu olah raga rekreasi menjelajahi gua.
Gua merupakan salah satu wisata petualangan yang menghadirkan keindahan dunia bawah tanah yang tidak akan pernah anda temui di permukaan. Ornamen-ornamen gua seperti yang terbentuk oleh proses tetesan air selama ratusan bahkan ribuan tahun dan telah mengalami proses kristalisasi menampilkan sebuah panorama eksotis dan mempesona yang tidak akan pernah terlupakan.
Proses Terbentuknya Gua
Salah satu aspek yang harus diketahui penggemar caving adalah pengetahuan dasar geologi. Terutama bagaimana awal gua itu terbentuk, di daerah mana bisa ditemukan, sifat batuannya, jenis gua, dan sebagainya. Dengan dasar pengetahuan ini, caver (penelusur gua) bisa dengan mudah menemukan gua. Sebab, mereka hanya akan mendatangi wilayah yang banyak terdapat batu gamping.


Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan. Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa larutan magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan mengikis sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah atau bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi.
Daerah karst umumnya dicirikan dengan adanya closed depression, drainase permukaan dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batugamping yang lazim dan relatip mendekati. Tetapi pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir dan kwarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Semua tersebut diatas adalah benar-benar karst. Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses yang lain - cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst / karst palsu (David Gillieson, 1996).
Batuan sedimen batugamping disusun dari sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang menghasilkan kalsium karbonat sebagai bagian dari metabolismenya membentuk bagian utama dari batugamping. Komponen lainnya adalah dari pengendapan secara kimiawi atau oleh proses biokimia. Secara bersama-sama tersedimentasi pada dasar laut; dan hal ini tidak memilki karakter yang seragam diseluruh bagiannya, jadi batugamping bukan merupakan komposisi yang seragam.
Hal ini melibatkan perubahan kimia yang komplek seperti halnya adalah sementasi dan rekristalisasi, silikafikasi dan dolomitasi: secara bersama-sama biasa disebut dengan istilah diagenesis. Gua-gua hanya dapat dibentuk dari batuan yang ter-litifikasi, dan jelas bahwa karakter sedimen semula dan sejarah diagenetik adalah faktor-faktor yang mengontrol lokasi sebuah gua. Proses kelahiran sebuah gua biasa disebut dengan speleogenesis, dan fitur dari geologi sangat besar pengaruhnya.
Ornamen
Speleothems adalah ornamen bentukan gua seperti :
  1. Aragonite : Crystalline / cristal yang terbentuk dari CaCO3, jarang dijumpai.
  2. Flow Stone : Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding orong gua.
  3. Gours : Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan tanah. Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit yang terbentuk semakin banyak.
  4. Helectite : Formasi gua yang timbul dengan sudut yang berlawanan dari gaya tarik bumi. Biasanya melingkar.
  5. Marble : Batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh panas dan tekanan sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.
  6. Stalactite : Formasi kalsit yang menggantung
  7. Stalacmite : Formasi kalsit yang tumbuh ke atas, di bawah atap stalactite.
  8. Straw : seperti stalactite tapi diameternya kecil, sebesar tetasan air.
  9. Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.
  10. Pearls : Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dalam kolam di bawah tetesan air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.
  11. Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung di langit-langit gua atau di dinding gua.
  12. Column
  13. Couli Flower
  14. Rimstone Pool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun.
gb. Salah satu ornament di gua Cerme
Flora dan Fauna
Gua sebagai habitat flora dan fauna untuk mempertahankan jenis dan ekosistemnya. Fauna gua terbilang unik. Semuanya beradaptasi dengan lingkungan gelap abadi tak hanya terbilang puluhan atau ratusan, tapi ribuan tahun. Mereka berevolusi disesuaikan dengan alamnya yang gelap gulita. Untuk bertahan hidup satwa mengembangkan indera peraba dan perasanya sedemikian rupa untuk menggantikan fungsi matanya. Lama-kelamaan alat penglihatan itu tertutup selaput karena mubazir.
Fauna gua dibedakan antara fauna yang mengambil energi di luar gua
(kelelawar, walet) dan fauna yang home rangenya berada di dalam
gua saja (ikan, jangkerik, dll). Kelelawar, burung sriti dan walet merupakan fauna gua tetapi aktifitasnya berada jauh di luar gua dalam hal mencari makan dan dimakan fauna lainnya.
Bermacam jenis flora baik yang berhijau daun hidup di mulut gua maupun yang tidak berhijau daun yang hidup di dalam gua. Flora dalam gua beradaptasi dengan lingkungan gelap total. Tumbuhan untuk hidup di permukaan memerlukan sinar matahari. Tumbuhan berdaun belum pernah dilaporkan ditemukan di dalam gua. Yang lazim dijumpai adalah aneka jamur yang bentuknya aneh-aneh. Misalnya ada jamur yang memiliki leher yang panjang, dengan topi kecil namun lunglai.
Sejarah Penelusuran
Sejarah penelusuran gua dimulai di Eropa sejak 200 tahun lalu. Eksplorasi pertama tercatat dalam sejarah adalah tanggal 15 Juli 1780, ketika Louis Marsalliers menuruni gua vertikal Fairies di Languedoc, Perancis. Kemudian pada tanggal 27 Juni 1888, seorang ahli hukum dari Paris bernama Eduard Alfred Martel mengikuti jejak Marssalliers. Usaha Martel ini dianggap sebagai revolusi di bidang penelusuran gua, sehingga ia disebut sebagai “Bapak Speleologi Modern”. Dia menciptakan metode penuh disiplin dan tertib, mengubah tata cara penelusuran gua sebelumnya dengan menstandarkan perlengkapan dan bekal yang harus dibawa.
Kode Etik
Penelusuran gua merupakan kegiatan kelompok, karenanya dalam setiap penelusuran tidak dibenarkan seorang diri. Jumlah minimal untuk sebuah eksplorasi gua adalah 4 orang. Hal ini didasarkan atas pertimbangan, jika terjadi kecelakaan pada salah seorang anggota kelompok, satu orang dibutuhkan untuk menjaganya, sedangkan dua lainnya mempersiapkan pertolongan (rescue), atau kalau tidak mungkin, cari pertolongan kepada penduduk.
Untuk lebih mudahnya sebagai caver hendaknya mempunyai respek terhadap lingkungan dan cuaca, masyarakat sekitar, kemampuan sesama caver, penelitian, dan instansi jika diperlukan. Satu hal yang harus diresapi dan disadari oleh setiap penelusur gua yaitu masalah “konservasi”. Prinsip yang biasa dipakai dalam etika penelusuran gua adalah take nothing but picture, leave nothing but footprint, kill nothing but time’.
Agar penelusuran lebih aman maka caver mempersiapkan perlengkapan dasar, pengetahuan dan ketrampilan baik tentang gua, alat dan penggunaanya, serta teknik atau cara penelusuran yang akan lebih terasah dengan berlatih. Hal ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di dalam gua. Dalam setiap musibah, setiap caver wajib bertindak dengan tenang, tanpa panik, dan wajib patuh pada instruksi leader penelusuran.
Dalam penelusuran horisontal, kita melakukan gerakan jalan membungkuk, merangkak, merayap, tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang. Dengkul dan ujung siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau caver. Bentuk tubuh juga mempengaruhi kecepatan gerak seorang penelusur gua.
Beberapa hal lain yang seharusnya dilakukan adalah pelaporan ataupun publikasi. Pelaporan apabila berkaitan dengan suatu tugas/kegiatan. Publikasi dilakukan apabila ditemukannya hal baru yang belum diketahui baik yang berharga maupun yang berbahaya.
Perlengkapan
Gua terbagi dalam 2 jenis yaitu gua vertical dan gua horizontal.Untuk penelusuran gua horizontal tidak terlalu membutuhkan perlengkapan yang banyak. Sedangkan untuk penelusuran gua vertical dibutuhkan lebih banyak lagi alat.
Pada dasarnya peralatan caving dibagi menjadi dua :
A. Peralatan pribadi (PERSONAL EQUIPMENT) –untuk gua horizontal
1. Coverall / pakaian yang menutupi seluruh tubuh
2. Helm Speleo
3. Sepatu karet atau sepatu boot
4. Senter / headlamp atau Boom (Generator Carbide)
5. Caving pack sack
sebagai tambahan dapat membawa sarung tangan, pelampung, SRTset.
B. Peralatan tim (TEAM EQUIPMENT) — untuk gua horisontal
1. Perahu karet
2. Tali
3. Kamera
4. Kompas
5. Topofil
6. Peralatan mountenering
sedangkan secara umum yang seharusnya diperhatikan untuk dibawa adalah:
- Pakaian ganti/baju hangat/sweater / jaket / kaos kaki
- Raincoat / jas hujan/ paying
- Topi
- Sepatu trekking/keds/sandal gunung
- Battery cadangan
- Kantong kedap air (water proof pocket)/plastik bagi yang membawa kamera
- Obat pribadi
Hal lain yang harus diperhatikan, yaitu membawa makanan dan minuman. Pada saat caving, disarankan tidak menggunakan celana jeans.
Pemetaan
Dalam kegiatan penelusuran gua, pemetaan merupakan suatu hal yang penting, bahkan pemetaan dapat disebut sebagai aspek ilmiah dari suatu kegiatan yang bersifat petualangan. Meskipun sebenarnya banyak penelitian ilmiah yang dapat dilakukan di dalam gua, seperti penelitian Biologi, Geologi, Geomorfologi, Arkeologi, Hidrologi, Geografi, dan lain sebagainya.
Pemetaan merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat perekaman atau pendokumentasian. Dalam hal ini adalah yang berhubungan dengan rekaman bentukan fisik gua, misalnya bentuk atau denah lorong, panjangnya, tingginya, keletakan ornamen, apa saja ornamennya, posisi aliran air, lumpur, sump, dan lain sebagainya.
Dari pemetaan gua, seseorang akan lebih mengetahui informasi denah guanya, ukurannya, ornamen yang menghiasinya, dan lain sebagainya, jauh dari sebelum ia sendiri memasuki gua tersebut. Pemetaan juga memberikan informasi ilmiah yang berguna bagi penelitian ilmu pengetahuan. Peta gua juga berarti sebagai bukti seorang caver telah memasuki atau mengeksplorasi suatu gua.
sebuah peta lebih mempunyai banyak arti daripada seribu kata
Kecelakaan
Sebagian besar kecelakaan yang terjadi di dalam gua, berasal dari kesalahan si penelusur sendiri. Dalam keadaan yang sangat gelap sering kali seorang penelusur melakukan kesalahan dalam menaksir jarak, sehingga sebuah lubang yang cukup dalam, terlihat dangkal. Etikanya tidak diperkenankan melakukan lompatan apapun di dalam gua. Penggunaan perlengkapan yang tidak memenuhi standar juga dapat dikategorikan salah satu penyebab kecelakaan yang disebabkan kesalahan penelusur.
Tertimpa batu, merupakan kejadian yang sering terjadi, karena runtuhan alami akibat rapuhnya dinding gua atau akibat ketidaksengajaan si penelusur gua yang menyebabkan jatuhnya batuan dan menimpa penelusur lain. Bahaya banjir merupakan faktor penyebab utama kecelakaan lainnya. Demikian pula faktor suhu udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saat melakukan eksplorasi di gua yang basah.
Kejadian-kejadian di atas bukan tidak mungkin untuk dihindari, semuanya tergantung dari persiapan dan pengalaman yang dimiliki oleh penelusur gua.
ETIKA PENELUSURAN GUA
Menelusuri gua dapat dikerjakan untuk olah raga maupun untuk tujuan ilmiah. Namun kedua kategori penelusur gua wajib menjunjung tinggi ETIKA dan KEWAJIBAN kegiatan penelusur gua ini agar lingkungan tidak rusak, agar para penelusur gua ini agar lingkungan tidak rusak, agar para penelusur sadar akan bahaya-bahaya kegiatan ini dan mampu mencegah terjadinya musibah dan agar si penelusur sadar akan kewajibannya terhadap sesama penelusur dan masyarakat disekitar lokasi gua-gua. Kemahiran teknik saja TIDAK CUKUP untuk menganggap dirinya mampu dan pantas melakukan kegiatan penelusuran gua.
Seorang pemula atau yang sudah berpengalaman sekalipun harus memenuhi ETIKA dan KEWAJIBAN penelusuran gua.
ETIKA
Sejak semula harus disadari bahwa seorang penelusur gua DAPAT merusak gua, karena membawa kuman, jamur, dan virus asing ke dalam gua yang lingkungannya masih murni, tidak tercemar. Penelusuran gua akan merusak gua apabila meninggalkan kotoran berupa sampah, sisa karbit, puntung rokok, sisa makanan, batu baterai mati, kantong plastik, botol/kaleng minuman dan makanan dalam gua.
MEMBUANG benda-benda tersebut di atas adalah LARANGAN MUTLAK juga dilarang corat-coret gua dengan benda apapun juga.
Karenanya ikutilah Motto :
“jangan mengambil sesuatu……… kecuali mengambil potret”
“jangan meninggalkan sesuatu ….. kecuali meninggalkan jejak”
“jangan membunuh sesuatu ……… kecuali membunuh waktu”
Gua adalah bentukan alam yang terbentuk dalam kurun waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak gua mendatangkan kerugian yang tidak dapat di tebus. Karenanya jangan merusak gua, mengambil atau memindahkan sesuatu di dalam gua tanpa tujuan jelas yang dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk tuuan ilmiah sekalipun harus diusahakan pengambilan specimen secara cermat, terbatas dan selektif. Itupun setelah diyakini, bahwa belum tersedia specimen yang sama di dalam laporan atau museum dan belum diambil specimen yang sama oleh ahli speleologi lainnya.
Menelusuri dan meneliti gua harus dilakukan dengan penuh RESPEK, tanpa mengganggu, mengusir, merusak/mengambil isi gua, baik yang berupa benda mati atau yang hidup.
Menelusuri gua harus disertai kendaraan, bahwa kesanggupan dan ketrampilan pribadi TIDAK USAH DIPAMERKAN. Sebaliknya ketidakmampuan tidak perlu ditutupi oleh karena rasa malu. Bertindaklah sewajar-wajarnya, tanpa membohongi diri sendiri dan orang lain. Apabila tidak sanggup, tetapi dipaksakan maka hal ini akan membawa akibat buruk yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Adalah melanggar ETIKA untuk memandang rendah ketrampilan serta kesanggupan sesama penelusur. Juga melanggar etika bila memaksakan diri dilakukan tindakan di luar kemampuan teknis juga apabila belum siap mental dan kesehatan tidak memadai.
Tunjukkan RESPEK terhadap penelusur gua dengan cara :
- Tidak menggunakan bahan-bahan atau peralatan yang disediakan oleh rombongan lain tanpa persetujuan mereka. Jangan membahayakan para penelusur lain, misalnya menimpukkan batu ketika ada penelusur lain di dalam gua, mengambil atau memutuskan tali yang sedang terpasang, memindahkan tangga atau alat-alat lain yang dipasang pemakai, penelusur lain.
- Menghasut penduduk di sekitar gua untuk melarang atau menghalangi rombongan lain memasuki gua, karena tidak ada satupun gua di bumi ini milik perseorangan kecuali apabila gua itu telah dibeli oleh yang bersangkutan. Untuk tujuan ilmiahpun, setiap gua harus dapt diteliti setelah menempuh prosedur yang berlaku.
- Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda yakin betul, bahwa tidak ada orang lain yang menemukannya pula.
- Jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi, karena hal ini berarti membohongi diri sendiri dan dunia ilmu speleologi khususnya.
- Setiap usaha penelusuran gua ialah USAHA BERSAMA. Bukan usaha yang dicapai sendiri. Karena setiap publikasi dari hasil penelusuran gua tidak boleh menonjolkan prestasi pribadi tanpa mengingat jasa sesama penelusur.
- Jangan menjelek-jelekkan nama sesama penelusur dalam suatu publikasi walaupun si penelusur itu mungkin berbuat hal-hal negatif secara sadar atau tidak sadar. Setiap publikasi negatif tentang sesama penelusur akan memberikan gambaran negatif terhadap semua penelusur gua.
- Jangan melakukan penelitian yang sama apabila ada rombongan lain yang sedang mengerjakan DAN BELUM MEMPUBLIKASIKANNYA.
BAHAYA-BAHAYA PENELUSURAN GUA
Bahaya-bahaya penelusuran gua secara sudut pandangnya dapat dibedakan menjadi dua :
A. Antroposentrisme, meninjau sudut pandang bahaya penelusuran gua terahadap penelusur gua, biasanya

terjadi akibat kealpaan atau kecerobohan penelusur gua itu sendiri.
B. Speleosentrisme, meninjau dari sudut pandang bahaya penelusuran gua terhadap gua itu sendiri, dari

Tindakan-tindakan para penelusur gua.
Bahaya-bahaya dari sudut pandang Antrosentrisme :
1. Terpeleset/terjatuh dengan akibat fatal, atau gegar otak, terkilir, terluka, patah tulang dsb. Hal ini paling sering terjadi, antara lain karena : penelusur terburu-buru meloncat, salah menduga jarak dan sebagainya.

2. Kepala terantuk atap gua/stalaktit/bentukan gua lainnya. Akibatnya : luka memar, luka berdarah, gegar otak. Wajib pakai helm.
3. Tersesat. Terutama bila lorong bercabang-bertingkat dan daya orientasi pemimpin regu penelusur kurang baik. Karenanya setiap penelusuran wajib dilakukan dengan penuh perhatian oleh setiap penelusur. Bentuk lorong yang telah dilewati, dibelakang pungung harus diperhatikan secara periodik, karena saat kembali pasti berbeda dengan saat pergi. Pada setiap percabangan ditinggalkan tanda yang mudah dikenal dan tidak merusak lingkungan (misalnya tumpukan batu, atau kertas berwarna dan berefleksi bila terkena sorotan lampu (fluorensensi) yang mudah diangkat kembali). Hal ini tambah penting, apabila kecuali bercabang gua bertingkat banyak.
4. Tenggelam. Terutama apabila nekat memasuki gua pada musim hujan tanpa mempelajari topografi dan hidrologi karst maupun sifat sungai di bawah tanah. Bahaya semakin nyata kalau harus melewati air terjun atau jeram deras. Apalagi kalau harus melakukan penyelamatan bebas tanpa alat dan penelusur kurang mahir berenang/menyelam. Jangan lupa membawa pelampung dan sumber cahaya kedap air. Mengarungi sungai yang dalam, harus pakai tali pengaman dengan lintasan tepat.
5. Kedinginan (Hipotermia). Hal ini terutama bila lokasi gua jauh di atas permukaan laut, penelusur beberapa jam terendam air, dan adanya angin kencang yang berhembus dalam lorong tersebut. Diperberat apabila penelusur lelah, lapar, tidak pakai pakaian memadai. Karenanya harus tepat mengetahui lokasi mulut gua dan lorong-lorong ketinggiannya di atas permukaan laut (diukur pakai altimeter), suhu air dan udara dalam gua. Harus pula masuk gua dalam keadaan fisik sehat, cukup makan dan bawa makanan cadangan bergizi tinggi.
6. Dehidrasi. Kekurangan cairan. Hal ini sudah merupakan bahan penelitian cermat di Perancis. Hampir senantiasa bila sudah timbul rasa haus, sudah ada gejala dehidrasi. Karenanya sudah menjadi suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar lagi, bahwa sebelum memasuki gua, setiap penelusur harus minum secukupnya. Cairan paling tepat untuk menghindari dehidrasi ialah larutan oralit atau garam anti diare.
7. Keruntuhan atap atau dinding gua. Ini memang nasib sial, tetapi sudah cukup sering terajdi di luar negeri menaiki tebing dengan andalan pada paku tebing yang dindingnya rapuh. Atau bila kebetulah terjadi gempa bumi. Karenanya wajib mempelajari dan memperbaiki sifat batu-batuan dinding dan atap gua. Runtuhan atap yang berserakan bukan berarti gua itu rapuh, karenamungkin saja atap itu sudah puluhan tahun yang lalu runtuh, tetapi penelusur wajib memperhatikan apakah lapisan-lapisan batu gamping yang menunjang atap itu kuat atau sudah terlihat terlepas.
8. Radiasi dalam gua. Hal ini belum diperhatikan sama sekali di Indonesia, padahal di luar negeri sudah merupakan bahaya nyata. Terutama akibat gas radioaktif radon dan turunannya. Penelusur yang sering memasuki gua yang bergas radon ini dapat menyerap secara akumulatif gas ini ke dalam paru-parunya, dan terbukti, apabila penelusur gemar merokok, maka bahaya menderita kanker paru-paru akan berlipat ganda. Itu sebabnya sangat dicela penghisap rokok menjadi penelusur gua. Merokok dalam gua dilarang mutlak karenameracuni udara gua dan paru-paru penelusur lainnya yang tidak merokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar